Indikator kesehatan tubuh yang belum banyak diperhatikan adalah
komposisi bakteri di perut. Makin banyak bakteri baik dibandingkan
dengan bakteri buruk, makin menunjang kesehatan. Ketua Asosiasi
Laboratorium Pangan Indonesia FG Winarno menyebut, bentuk tinja
merupakan salah satu indikasi untuk melihat dominasi peran bakteri baik
dan bakteri buruk.
Menurut Winarno, bentuk tinja yang baik
seperti daging buah durian mengkal berwarna kuning. ”Tinja encer atau
tak berbentuk mengindikasikan kuatnya peran bakteri buruk. Warna tinja
selain kuning juga menunjukkan gangguan di dalam tubuh,” katanya ditemui
dalam seminar ”Dairy Products: Innovation, Safety, and Functionality” di Bogor, Jawa Barat.
Uji tinja untuk mengetahui kesehatan seseorang masih sangat sedikit.
Dalam diagnosis penyakit, uji tinja hanya digunakan sekitar 5 persen.
Selebihnya menggunakan uji darah (80 persen) dan uji urine (15 persen).
Winarno menyatakan, laboratorium modern kini memberi kontribusi
mutakhir bagi pemetaan bakteri baik dan bakteri buruk dalam usus
(intestinal flora alias flora usus) yang dikenal sebagai Yakult
Intestinal Flora (YIF). ”Ini kontribusi pencegahan dan pengobatan
berbagai penyakit yang terkait erat dengan flora usus,” katanya.
Flora usus berperan besar antara lain terhadap pencegahan dan pengobatan autisme, obesitas, dan gangguan kognitif.
Secara terpisah, dokter ahli gastroentologi yang berkait erat dengan
kesehatan sistem pencernaan, Ari Fahrial Syam, mengatakan, memang ada
perkembangan mutakhir di bidang biomolekuler untuk mengidentifikasi
bakteri-bakteri di dalam pencernaan melalui tinja. Di dunia kedokteran,
sebelum pemetaan dengan Yakult Intestinal Scan, ada pemetaan bakteri
melalui kultur tinja. ”Bakteri dari tinja dibiakkan dalam media
tertentu. Bakteri yang tumbuh lalu diidentifikasi,” kata Ari.
Kultur bakteri dari tinja kurang populer dalam layanan kesehatan. Metode
kultur memiliki kelemahan, selain mahal, perlu waktu lama. ”Beberapa
bulan lalu saya ke Tokyo. Untuk mengetahui perkembangan paling mutakhir
terkait probiotik yang menyangkut komposisi bakteri baik dan buruk dalam
sistem pencernaan,” kata Ari.
Pemetaan bakteri dari tinja,
katanya, makin memungkinkan sebagai indikator pencegahan dan pengobatan
penyakit, di antaranya untuk mengetahui adanya gangguan penyerapan pada
usus, ketidakseimbangan bakteri baik-buruk, atau terdapat gangguan
pencernaan akibat mengonsumsi obat-obatan.
Tinja yang buruk tak
sertamerta akibat gangguan itu. Tinja buruk juga bisa disebabkan stres
yang menimbulkan reaksi usus bergerak tak normal. Akhirnya, tinja
menjadi buruk akibat diare. ”Dalam pencernaan tubuh terdapat jutaan
bakteri. Dalam keadaan normal, bakteri baik harus lebih banyak,” kata
Ari.
Winarno mengatakan, flora usus ditemukan tahun 1850. Tahun
1886, Theodore Escherich mengidentifikasi Eubacterium coli yang
diketahui bersifat anaerobik (tak memerlukan oksigen). ”Pada
perkembangan terakhir ditemukan metode YIF, pemetaan bakteri di dalam
pencernaan dengan Yakult Intestinal Scan,” katanya.
Kandungan
bakteri di perut wanita dewasa rata-rata 0,8 kilogram. Pada pria dewasa
rata-rata 1,0 kg. Bakteri baik yang paling banyak ditemui adalah genus
Lactobacillus, Bifidobacterium dan Eubacterium. Bakteri buruk terbanyak
yang ditemui adalah Salmonella, Staphylococcus, dan Clostridium
perfringens.
Konsumsi susu
Teknologi
untuk mengetahui komposisi bakteri pada sistem pencernaan bertujuan
menjaga bakteri baik supaya tetap dominan. Pentingnya mengidentifikasi
karakter tinja, kata Winarno, untuk mendukung gerakan konsumsi susu
untuk mempertahankan dominasi bakteri baik di dalam perut.
”Susu
cair alami di Indonesia terkenal bermutu buruk. Butuh perbaikan
infrastruktur industri susu oleh pemerintah,” katanya. Konsumsi susu di
Indonesia rendah. Rata-rata konsumsi per orang 11,8 liter per tahun.
Bila dihitung per hari, setiap orang hanya mengonsumsi susu dua sendok
makan. Di Malaysia, rata-rata konsumsinya 25,4 liter per tahun dan di
Singapura 21,7 liter per tahun.
Dunia menetapkan tanggal 1 Juni
2004 sebagai Hari Susu Sedunia. Indonesia mencanangkan 1 Juni 2011
sebagai Hari Susu Nusantara. Momentum itu digunakan menggalakkan
konsumsi susu dengan tujuan menjaga dan memperbanyak kualitas bakteri
baik di dalam perut. ”Kesehatan perut sangat dihargai masyarakat Jepang.
Ibarat nyawa ada di dalam perut sehingga ada tradisi harakiri untuk
menjaga suatu kehormatan, yaitu bunuh diri dengan menusukkan pedang ke
perut sebagai pusat nyawa,” kata Winarno.
Susu merupakan sumber
gizi terlengkap saat ini. Pemahaman publik bahwa susu hanya untuk bayi
atau anak usia di bawah lima tahun tak sepenuhnya benar. Susu merupakan
bagian dari makanan seimbang bagi semua kelompok usia.
Perkembangan industri susu modern memungkinkan penambahan unsur
probiotik, yaitu mikroorganisme nonpatogenik yang dikonsumsi dalam
jumlah tertentu untuk memberi efek menguntungkan bagi inangnya. Bakteri
probiotik akan menekan pertumbuhan bakteri buruk yang bersifat patogen.
Mikroorganisme yang ditanamkan sebagai probiotik umumnya dikembangkan
alami dari tubuh manusia. Mikroorganisme itu juga dipilih tahan terhadap
enzim pencernaan, asam lambung, dan cairan empedu.
Saat dicerna,
mikroorganisme itu menempel pada dinding saluran cerna dan mampu
bertahan dalam jumlah besar. Kemudian ditunjang kemampuan menghasilkan
zat antimikroba yang meningkatkan sistem imun di dalam tubuh. Secara
genetik digolongkan stabil.
Menurut Winarno, mikroorganisme baik
kerap dimasukkan ke dalam probiotik, antara lain Lactobacillus dan
Bifidobacterium. Mekanisme bakteri baik menghambat pertumbuhan bakteri
buruk, antara lain dengan memproduksi senyawa asam organik periksida,
bakteriosi, dan reurin. Bakteri baik merusak reseptor toksin dan
menginaktifkan toksin yang dihasilkan bakteri patogen. Bakteri baik akan
berebut nutrisi (zat gizi) yang sama dengan bakteri buruk (patogen).
Probiotik-prebiotik
Menurut Winarno, istilah probiotik kerap dikacaukan dengan pengertian
prebiotik dalam susu. Probiotik untuk menyatakan kandungan
mikroorganisme atau bakteri baik, sedangkan prebiotik merupakan senyawa
golongan karbohidrat dengan rantai pendek yang tak dicerna enzim
pencernaan, seperti inulin, laktulosa, dan laktoferrin,
manno-oligosakarida, frukto-oligosakarida, dan gluko-oligosakarida.
Prebiotik akan terfermentasi dalam usus dan meningkatkan kualitas
penyerapan kalsium. Probiotik dan prebiotik sama pentingnya bagi
pencernaan. Mengonsumsi probiotik dan prebiotik merupakan cara menjaga
tinja dalam keadaan baik atau normal.
Winarno menambahkan,
kesadaran masyarakat mengonsumsi susu perlu ditingkatkan. Apalagi
industri susu dan berbagai produk turunan, seperti yoghurt dan es krim,
mulai menyertakan probiotik dan prebiotik.
0 Comments