Radang payudara, walaupun tak seberbahaya dibandingkan kanker 
payudara,
ini hal yg kecil tapi perlu diperhatikan.
Apalagi bila suami Anda perokok atau
 tak peduli dengan kesehatan mulut.
Meskipun kalah populer dengan kanker payudara, mastitis payudara juga wajib dikenali untuk upaya pencegahan
karena jika sudah akut, bisa berakibat pengangkatan peyudara. Istilah 
mastitis payudara berarti radang pada payudara. Gejalanya bermacam 
termasuk adanya benjolan di payudara. Banyak hal yang menyebabkan 
terjadinya radang ini termasuk keberadaan kuman.
Bila diumpamakan, payudara itu bagaikan pohon yang memiliki batang, 
dahan, dan ranting. Bayangkan saja betapa rumit jaringan pengikat, 
saluran, dan kelenjar penyusunnya. Oleh sebab itu baik pria atau wanita 
wajib menjaga bagian tubuh yang satu ini dengan baik untuk menghindari 
kemungkinan terjadinya mastitis.
Tak hanya Anda pemilik payudara yang harus menjaga kebersihan, 
pasangan Anda pun mesti menjaga kesehatan mulut, jika ia terbiasa 
menghisap puting payudara saat berhubungan seks.
Tiga jenis, tiga penyebab
# Ada tiga jenis mastitis yaitu 
mastitis periductal,
 mastitis 
pueperalis, dan
 mastitis supurativa. Ketiga jenis mastitis ini muncul 
akibat penyebab yang berbeda dan muncul dalam kondisi yang juga berbeda.
Mastitis periductal biasanya muncul pada wanita di usia menjelang 
menopause, penyebab utamanya tidak jelas diketahui. Keadaan ini dikenal 
juga dengan sebutan mamary duct ectasia, yang berarti pelebaran saluran 
karena adanya penyumbatan pada saluran di
payudara.
Menurut dr. Samuel J. Haryono, SpB K Onk dari RS Kanker Dharmais, 
pada wanita usia 45 tahun ke atas atau pada usia memasuki menopause, 
beberapa pemicu reaksi peradangan ialah perubahan hormonal dan aktivitas
 menyusui di masa lalu. Faktor penyebab penyumbatan yang utama ialah 
jaringan yang mati dan air susu itu sendiri.
Tumpukan jaringan mati dan air susu di saluran payudara ini 
menyebabkan buntunya saluran dan pada akhirnya malah melebarkan saluran 
di belakangnya, yang biasanya terletak di belakang puting payudara. 
Hasil akhirnya ialah reaksi peradangan yang disebut
mastitis periductal.
Jenis kedua ialah mastitis pueperalis atau disebut juga lactational 
mastitis, jenis ini banyak diidap wanita hamil atau menyusui. Menurut 
dr. Samuel, sekitar 90 persen penyebab utama mastitis jenis ini ialah 
akibat kuman yang menginfeksi payudara ibu. Hal ini dikarenakan air susu
 merupakan media yang subur bagi pengembang biakan berbagai jenis kuman.
Jenis kuman yang paling umum ditemui pada mastitis jenis ini ialah 
Staphylococcus aureus, yang bisa ditransmisi ke puting ibu melalui 
kontak langsung. Ibu yang sedang menyusui, bisa mendapatkan kuman ini 
dari kontak dengan mulut bayi, tapi bisa juga dilakukan
penularan sebaliknya, dari ibu ke bayi melalui plasenta.
“Asal kuman pastinya dari kontak langsung antara puting dengan dunia 
luar, baik itu dari mulut bayi atau mulut suaminya, apalagi pada orang 
dengan kesehatan mulut rendah seperti mulut dari pengisap rokok,” tutur 
dokter spesialis bedah onkologi ini.
Jenis terakhir ialah mastitis supurativa. Mastitis jenis ini ialah 
yang paling sering ditemui. Mirip dengan jenis sebelumnya, mastitis 
jenis ini juga disebabkan kuman staphylococcus. Selain itu bisa juga 
disebabkan oleh jamur, kuman TBC, bahkan sifilis.
Infeksi kuman TBC memerlukan penanganan yang ekstra intensif. Bila 
penanganan tidak tuntas, bukan mustahil langkah mastektomi/pengangkatan 
payudara harus dilakukan. “Kelainan di kelenjar dan saluran payudara 
bisa menyebar tak terkendali dan
bahkan bisa berulang kejadiannya bila penanganan tidak tuntas,” tegas dokter kelahiran Yogyakarta ini.
Beda dengan kanker
Pada dasarnya gejala yang timbul akibat mastitis ialah timbulnya 
benjolan di payudara. Benjolan/penebalan ini berwarna merah, juga terasa
 panas dan nyeri. Nyeri yang timbul ialah berupa rasa ‘nyut-nyut’ di 
daerah payudara, apalagi bila benjolan ini sebagai bisul
yang pecah, maka penampilannya jadi mengerikan selain nyeri yang menyertainya.
Rasa nyeri inilah yang merupakan perbedaan mendasar antara mastitis 
dan kanker payudara. Pada kanker payudara, pada awalnya pengidap tidak 
akan merasa nyeri sama sekali, melainkan hanya timbul benjolan.
Benjolan yang ada pada mastitis bukan seperti kanker yang bentuknya 
keras, melainkan berupa penebalan yang berisi cairan. Radang biasanya 
menyerang salah satu payudara saja, tapi tidak menutup kemungkinan bisa 
menyebar hingga kedua payudara terinfeksi.
Pada beberapa kondisi, mastitis bisa menyebabkan keluarnya cairan 
dari daerah puting, cairan ini berwarna putih kekuningan serupa nanah. 
Lain dengan kanker payudara dimana cairan yang keluar dari puting 
biasanya merah atau kuning kecoklatan seperti noda darah.
Terkadang perasaan seperti puting tertarik juga dialami pengidap.
“Orang terkadang over estimate terhadap mastitis, padahal ini 
merupakan kasus jinak yang bisa diatasi, justru bila tidak dirasa nyeri 
itulah yang wajib diwaspadai,” ujar dokter yang hobi melukis ini.
Dilihat dari penyebabnya, mastitis tidak dipengaruhi oleh faktor 
keturunan, melainkan lebih kepada faktor hormonal dan infeksi. Lain 
dengan kanker payudara yang dipengaruhi faktor hormonal bahkan faktor 
keturunan.
Pada mastitis yang disebabkan infeksi kuman, terkadang berkembang 
menjadi suatu abses/ kumpulan nanah dalam rongga baru di jaringan 
kelenjar payudara. Nanah ini terbentuk dari kumpulan bakteri, jaringan, 
dan leukosit baik yang mati ataupun yang hidup. Bahayanya,
nanah ini bisa menyebar ke bagian tubuh lain hingga menyebabkan rasa 
meriang/demam tinggi dan menggigil, keringat banyak, turunnya daya tahan
 tubuh, bahkan hingga menurunnya kesadaran.
Kalau sudah begini, mau tak mau harus dilakukan penanganan dokter 
secara seksama. Setelah dilakukan diagnosa, dokter bisa menentukan 
langkah penyembuhan yang tepat, baik dengan pemberian antibiotik saja 
atau harus dilakukan tindakan operasi.
Bila ditemukan gejala menetesnya cairan dari putting, maka perlu 
dilakukan pemeriksaan yang disebut duktografi. Pemeriksaan dilakukan 
dengan memasukan bahan kontras, dimana akan dilakukan foto di saluran 
payudara, dengan demikian dapat diketahui adanya sumbatan atau polip 
pada saluran tersebut. Dalam kasus mastitis periductal,
terkadang dilakukan juga langkah biopsi bila disertai massa tumor, minimal untuk menyingkirkan kemungkinan tumor atau kanker.
Sedangkan bila ternyata ditemukan benjolan tersebut diduga suatu 
abses, apalagi yang mengandung nanah, maka harus dilakukan operasi 
berupa insisi dan drainase, yaitu operasi penyayatan dan penyaluran 
nanah. Perlu diingat bahwa operasi pengeluaran nanah ini harus dilakukan
 pada waktu yang tepat, yaitu pada saat benjolan tersebut melunak / 
matang agar mudah dikeluarkan.
Langkah operasi diawali dengan pembiusan pasien. Biasanya dilakukan 
bius lokal saja, tapi bila mastitis disebabkan infeksi kuman, maka 
dilakukan bius umum pada pasien. Berikutnya, daerah payudara dibersihkan
 dahulu dengan cairan desinfektan khusus. Setelah itu baru bisa 
dilakukan penyayatan pada daerah benjolan, pada tahap ini dokter akan 
mencoba membersihkan radang tersebut secara mekanik debridement .
Kemudian dokter akan melakukan drainase yaitu memberikan saluran 
khusus yang digunakan untuk mengalirkan nanah yang ada. Bila langkah ini
 selesai dilakukan, maka operasi yang memakan waktu sekitar ½ -1 jam 
akan ditutup dengan melakukan penjahitan luka secara situasional.
“Bila radang masih termasuk tahap awal dan belum timbul nanah, maka 
tidak perlu dilakukan tindakan operasi, cukup dengan pemberian 
antibiotik saja,” simpul dokter yang pernah bermukim di Amsterdam – 
Belanda ini.
Pemberian antibiotik dilakukan sesuai dosis. Dosis dan cara pemberian
 antibiotik ditentukan berdasarkan beratringannya infeksi dan berat 
badan seseorang. Perlu diingat, ibu yang
sedang menyusui dan dalam masapengobatan dianjurkan tidak menyusui bayinya.
Pria bisa terkena
Menurut dr. Samuel, mastitis payudara bisa menimpa siapa saja, tidak 
hanya kaum perempuan. Infeksi payudara juga bisa terjadi pada pria, 
misalnya pada pria yang terkena infeksi kuman karena melakukantindik di 
daerah puting. Selain itu pria dengan pembengkakan payudara atau yang 
dikenal dengan sebutan ginekomasti juga rentan
terkena mastitis meskipun kecil sekali kemungkinan berkembang jadi kanker payudara.
Bayi dan anak-anak juga tak luput dari bahaya. Bayi bisa tertular 
radang dari ibunya melalui plasenta. Anak-anak bisa tertular kuman 
penyebab radang ini misalnya melalui gigitan serangga di daerah 
payudara, seperti contoh salah satu pasien dr. Samuel.
Peringatan juga ditujukan bagi perempuan yang melakukan suntik 
silikon atau injeksi kolagen untuk memperindah bentuk payudara. “Reaksi 
tubuh terhadap benda asing seperti implant silikon dan kolagen bisa 
beragam diantaranya mengakibatkan pengerasan
jaringan payudara akibat reaksi jaringan ikatnya atau peradangan di payudara bila terinfeksi kuman ” jelas dr. Samuel.
Kunci pencegahan yang utama ialah dengan menjaga kesehatan payudara 
dan memelihara payudara yang ‘cantik dan sehat’. Jadi, mulailah 
perhatikan kesehatan payudara Anda, jangan semata-mata hanya 
mengutamakan penampilan/ keindahannya saja.
Sumber: kaskus.us